KESEDERHANAAN BERFIKIR GURU ABAD 21
Oleh: Chotibul Umam
Hidup ini sudah sulit, maka jangan dibuat sulit. Demikian salah satu kalimat sederhana yang sering kita dengar, tetapi memiliki makna yang dalam. Kalimat yang sering kali hanya lewat di telinga lalu pergi tanpa kita mencernanya lebih dalam.
Barang kali karena kesederhanaannya kita sering melupakannya dan tetap terbawa persepsi rumit dan ribetnya kehidupan, tak terkecuali yang dialami oleh guru abad 21. Dimana tuntutan untuk mencerdaskan generasi bangsa dengan nilai-nilai karakter bangsa begitu tinggi, di tengah lemahnya pembelajaran moral yang melanda generasi muda. Guru sering dipersalahkan dan terjerat kasus hukum ketika memberi tindakan disiplin kepada peserta didiknya.
Ditengah tugas yang berat itu, guru masih harus berjibaku melengkapi berbagai macam perangkat pembelajaran. Selain itu, guru dituntut untuk meningkatkan kedisiplinan, dan mentaati batas waktu jam kerja dan jam belajar.
Dengan kondisi dan tututan yang demikian berat guru sering mengeluh. Tidak sedikit yang memilih sikap putus asa, acuh, dan melahirkan prinsip yang penting bekerja, menjalankan tugas sekadarnya saja. Ketercapaian tujuan dan cita-cita pendidikan nasional yang mulia, tidak menjadi motivasi kerjanya malainkan hanya menjadi hiasan dalam dokumen-dokumen pembelajaran yang ditumpuk di meja kerja saja.
Kalau kita mencerna lebih dalam, sebenarnya pesan yang disampaikan kalimat tersebut di atas tidak sesederhana dalam pengucapannya. Kalimat itu mengandung pesan agar kita berfikir sederhana dan menyederhanakan pikir.
Artinya, pertama hendaknya kita memandang bahwa pekerjaan yang kita terima adalah kewajiban yang memang harus kita lakukan, agar kita mendapat hak kita. Tanpa menjalankan kewajiban, seharusnya kita malu menerima hak. Jika kerja kita tidak maksimal, seharusnya hak yang kita terima juga berkurang. Jikalaupun kita bekerja asal-asalan, semaunya dan yang penting menjalankan kewajiban, sementara kita menerima hak kita secara penuh, dikhawatirkan keberkahan rizki yang kita terima akan hilang.
Kedua, hendaknya kita memiliki kayakinan bahwa seberat apapun tugas yang kita terima, kita pasti bisa melakukannya. Kita harus percaya bahwa tugas-tugas yang diberikan pada kita, telah diukur dan dikaji secara mendalam dengan standar tertentu oleh pemberi tugas, yakni pemerintah, bahwa kita bisa melakukannya. Dan tentu, semua itu sebanding dengn imbalan yang diberikan pemerintah pada kita. Dalam bahasa agama, Sesungguhnya Allah tidak akan menguji seseorang diluar batas kemampuannya.
Dengan dilandasi kesederhanaan berfikir demikian, akan tumbuh sikap optimisme dalam diri. Bahwa kewajiban yang harus kita jalankan, pasti sepadan dengan hak yang kita terima. Sesulit apapun tugas, serumit apapun tuntutan kerja dan seberat apapun beban yang kita terima, kita pasti bisa melakukannya.
Bukankah seorang guru adalah manusia-manusia pilihan. Jabatan profesi yang tidak semua orang bisa melakukannya. Maka guru adalah seorang yang hebat, kuat, dan bisa hidup di segala situasi dan kondisi. Kehidupannya memiliki talenta untuk selalu berinofasi terhadap tugas yang diembannya.
Ketika seseorang memilih dan terpilih untuk menjadi guru sesungguhnya ia memiliki potensi untuk bisa menjalankan apapun tugas yang diberikan kepadanya.
Apabila kita menyadari lebih jauh, tugas menjadi guru bukan hanya sebatas menjalankan kewajiban untuk menerima hak, kita kerja lalu kita dibayar. Jauh dari itu, menjadi guru adalah tugas mulia yang memiliki kebermanfaatan bagi orang lain bahkan bagi dirinya sendiri.
Secara alamiah, akan memancar dari diri seorang guru jiwa kewibawaan dan ketenganan. Guru selalu bisa waspada dan bijaksana dalam menghadapi segala persoalan yang ada. Di mata masyarakat, guru adalah orang tua yang menjadi teladan, guru adalah yang digugu dan yang ditiru.
Semua itu, dapat diraih apabila seorang guru mau menerima dirinya sendiri dengan segala konsekwensi dan kewajiban yang diembannya dengan keikhlasan dan ketulusan. Ia menjalankan tugasnya dengan penuh suka cita. Apabila tugas itu dirasa berat, ia akan berusaha meraihnya dengan seganap daya yang dimilikinya. Ia tidak mengeluh. Jika ia tidak sanggup, ia akan berinovasi mencari jalan alternative untuk mencapai tujuan dari tugas yang dibebankan padanya.
Tanggamus, 15 Mei 2021
Sumber Ilustrasi: https://www.pikist.com/free-photo-ixroe/id